Digitalis Jantung

Mekanisme Kerja Digitalis Jantung

Digitalis jantung adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan jantung, terutama gagal jantung dan aritmia. Mekanisme kerja digitalis jantung terutama melalui penghambatan enzim Na+/K+ ATPase pada membran sel miokard, yang meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan memperkuat kontraksi otot jantung. Efek ini membantu meningkatkan efisiensi pompa jantung dan mengatur irama jantung yang tidak teratur.

Efek pada Sel Miokard

Digitalis jantung bekerja dengan menghambat enzim Na+/K+ ATPase pada membran sel miokard. Penghambatan ini menyebabkan peningkatan kadar natrium intraseluler, yang mengurangi gradien elektrokimia untuk pertukaran Na+/Ca2+. Akibatnya, ekskresi kalsium melalui pompa Na+/Ca2+ berkurang, sehingga kadar kalsium intraseluler meningkat. Peningkatan kalsium ini memperkuat interaksi aktin-miosin, menghasilkan kontraksi miokard yang lebih kuat.

Efek digitalis pada sel miokard juga melibatkan peningkatan sensitivitas miofilamen terhadap kalsium. Hal ini memperkuat kontraksi jantung tanpa meningkatkan konsumsi oksigen secara signifikan. Selain itu, digitalis memengaruhi sistem saraf otonom dengan meningkatkan tonus vagal, yang membantu memperlambat konduksi nodus atrioventrikular dan mengontrol frekuensi ventrikel pada aritmia seperti fibrilasi atrium.

Secara keseluruhan, mekanisme kerja digitalis jantung meningkatkan curah jantung dan efisiensi pompa, terutama pada pasien gagal jantung. Namun, penggunaan obat ini memerlukan pemantauan ketat karena risiko toksisitas, seperti aritmia ventrikel atau blok atrioventrikular, akibat akumulasi kalsium intraseluler yang berlebihan.

Inhibisi Na+/K+ ATPase

Digitalis jantung bekerja dengan menghambat enzim Na+/K+ ATPase pada membran sel miokard. Penghambatan ini mengakibatkan akumulasi natrium di dalam sel, yang mengurangi aktivitas pertukaran Na+/Ca2+. Akibatnya, ekspor kalsium keluar sel menurun, sehingga konsentrasi kalsium intraseluler meningkat. Peningkatan kalsium ini memperkuat kontraksi otot jantung melalui interaksi yang lebih intens antara aktin dan miosin.

Selain itu, digitalis meningkatkan sensitivitas miofilamen terhadap kalsium, sehingga memperkuat kontraksi tanpa meningkatkan kebutuhan oksigen secara berlebihan. Digitalis juga memengaruhi sistem saraf otonom dengan meningkatkan aktivitas saraf vagus, yang membantu memperlambat konduksi di nodus atrioventrikular. Efek ini berguna dalam mengontrol frekuensi ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrium.

Secara keseluruhan, mekanisme kerja digitalis jantung meningkatkan kekuatan kontraksi dan efisiensi pompa jantung, terutama pada kondisi gagal jantung. Namun, penggunaan obat ini memerlukan pemantauan ketat karena risiko toksisitas yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung.

Peningkatan Kalsium Intraseluler

Digitalis jantung bekerja dengan menghambat enzim Na+/K+ ATPase pada membran sel miokard, sehingga meningkatkan kadar natrium intraseluler. Akibatnya, pertukaran Na+/Ca2+ terganggu, mengurangi ekskresi kalsium dan meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan kalsium ini memperkuat kontraksi jantung melalui interaksi aktin-miosin yang lebih intens.

Selain itu, digitalis meningkatkan sensitivitas miofilamen terhadap kalsium, memperkuat kontraksi tanpa meningkatkan kebutuhan oksigen secara signifikan. Obat ini juga memengaruhi sistem saraf otonom dengan meningkatkan tonus vagal, yang membantu mengontrol irama jantung pada kondisi seperti fibrilasi atrium.

Secara keseluruhan, mekanisme kerja digitalis jantung meningkatkan efisiensi pompa jantung, terutama pada pasien gagal jantung. Namun, penggunaan obat ini memerlukan pemantauan ketat karena risiko toksisitas, seperti aritmia ventrikel atau blok atrioventrikular, akibat akumulasi kalsium intraseluler yang berlebihan.

Indikasi Penggunaan Digitalis Jantung

Digitalis jantung merupakan obat yang digunakan untuk menangani berbagai gangguan jantung, terutama gagal jantung dan aritmia. Obat ini bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot jantung dan mengatur irama yang tidak teratur melalui mekanisme penghambatan enzim Na+/K+ ATPase. Penggunaannya memerlukan pemantauan ketat karena risiko efek samping seperti toksisitas yang dapat memicu gangguan irama jantung.

Gagal Jantung Kongestif

Digitalis jantung digunakan terutama pada pasien dengan gagal jantung kongestif untuk meningkatkan kontraksi miokard dan memperbaiki gejala seperti sesak napas serta edema. Obat ini juga diindikasikan untuk mengontrol frekuensi ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrium atau flutter atrium, terutama ketika respons terhadap terapi lain tidak memadai.

Pada gagal jantung kongestif, digitalis membantu meningkatkan curah jantung dengan memperkuat kontraksi otot jantung, sehingga mengurangi gejala seperti kelelahan dan retensi cairan. Penggunaannya sering dikombinasikan dengan diuretik dan vasodilator untuk hasil yang lebih optimal.

Selain itu, digitalis jantung dapat diberikan pada pasien dengan aritmia supraventrikular untuk memperlambat konduksi atrioventrikular dan mengontrol laju ventrikel. Namun, penggunaannya harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan pemantauan kadar obat dalam darah untuk menghindari toksisitas.

Indikasi lain termasuk pengelolaan gagal jantung akut yang tidak responsif terhadap terapi standar, terutama pada pasien dengan disfungsi sistolik. Namun, keputusan penggunaannya harus didasarkan pada evaluasi risiko-manfaat oleh dokter yang merawat.

Fibrilasi Atrium

Digitalis jantung diindikasikan terutama untuk pasien dengan gagal jantung kongestif dan aritmia tertentu, seperti fibrilasi atrium. Pada gagal jantung, obat ini meningkatkan kontraksi miokard dan memperbaiki gejala seperti sesak napas serta edema. Efek inotropik positifnya membantu meningkatkan curah jantung dan mengurangi beban kerja jantung.

Pada fibrilasi atrium, digitalis digunakan untuk mengontrol frekuensi ventrikel dengan memperlambat konduksi nodus atrioventrikular melalui peningkatan tonus vagal. Hal ini berguna ketika terapi lain, seperti beta-blocker atau antagonis kalsium, tidak memberikan respons yang memadai.

Selain itu, digitalis dapat dipertimbangkan pada pasien dengan flutter atrium yang memerlukan kontrol laju ventrikel. Namun, penggunaannya harus disertai pemantauan ketat kadar serum obat untuk mencegah toksisitas, seperti aritmia ventrikel atau blok atrioventrikular.

Digitalis juga mungkin digunakan pada kasus gagal jantung akut yang refrakter terhadap terapi standar, terutama pada pasien dengan disfungsi sistolik. Keputusan penggunaannya harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh oleh dokter, mempertimbangkan manfaat dan risiko potensial.

Takikardia Supraventrikular

Digitalis jantung diindikasikan untuk pengobatan gagal jantung kongestif dan takikardia supraventrikular, seperti fibrilasi atrium atau flutter atrium. Pada gagal jantung, obat ini meningkatkan kontraksi miokard melalui efek inotropik positif, sehingga memperbaiki gejala seperti sesak napas dan edema.

Pada takikardia supraventrikular, digitalis membantu mengontrol frekuensi ventrikel dengan memperlambat konduksi nodus atrioventrikular melalui peningkatan tonus vagal. Hal ini berguna terutama ketika terapi lain, seperti beta-blocker atau antagonis kalsium, tidak efektif.

Selain itu, digitalis dapat digunakan pada pasien dengan aritmia supraventrikular yang memerlukan stabilisasi irama jantung. Namun, pemantauan kadar serum obat diperlukan untuk menghindari risiko toksisitas, seperti aritmia ventrikel atau blok atrioventrikular.

Penggunaan digitalis pada kondisi ini harus didasarkan pada evaluasi dokter, dengan mempertimbangkan manfaat terapi terhadap potensi efek samping. Pemantauan ketat diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan.

Efek Samping dan Toksisitas

Efek samping dan toksisitas Digitalis jantung perlu diperhatikan karena obat ini memiliki indeks terapi yang sempit. Gejala toksisitas dapat muncul bahkan pada dosis terapeutik, termasuk mual, muntah, aritmia, dan gangguan penglihatan. Pemantauan kadar serum digitalis serta elektrolit seperti kalium sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Gejala Toksisitas Digitalis

Efek samping dan toksisitas Digitalis jantung dapat bervariasi, mulai dari gejala ringan hingga kondisi yang mengancam jiwa. Efek samping umum meliputi mual, muntah, diare, dan kelelahan. Pada kasus yang lebih serius, pasien mungkin mengalami gangguan penglihatan seperti penglihatan kuning atau halo di sekitar objek.

Toksisitas Digitalis sering ditandai dengan gejala aritmia, termasuk bradikardia, takikardia ventrikel, atau fibrilasi ventrikel. Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia, dapat memperburuk risiko toksisitas. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah kebingungan, sakit kepala, dan kelemahan otot.

Pemantauan kadar serum Digitalis dan elektrolit seperti kalium, magnesium, dan kalsium sangat penting untuk mencegah toksisitas. Penyesuaian dosis atau penghentian obat mungkin diperlukan jika gejala toksisitas muncul. Penanganan toksisitas Digitalis dapat melibatkan pemberian antidot seperti Digoxin Immune Fab untuk kasus yang parah.

Secara keseluruhan, penggunaan Digitalis jantung memerlukan kewaspadaan tinggi terhadap efek samping dan toksisitas. Pemantauan ketat serta edukasi pasien tentang gejala toksisitas sangat penting untuk memastikan keamanan terapi.

Faktor Risiko Toksisitas

Efek samping dan toksisitas Digitalis jantung merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Gejala toksisitas dapat muncul bahkan pada dosis terapeutik, termasuk mual, muntah, aritmia, dan gangguan penglihatan seperti penglihatan kuning atau halo. Pemantauan kadar serum digitalis serta elektrolit seperti kalium sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Toksisitas Digitalis sering ditandai dengan gejala aritmia, termasuk bradikardia, takikardia ventrikel, atau fibrilasi ventrikel. Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia, dapat memperburuk risiko toksisitas. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah kebingungan, sakit kepala, dan kelemahan otot.

Faktor risiko toksisitas Digitalis meliputi gangguan fungsi ginjal, ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, hiperkalsemia), usia lanjut, dan interaksi obat dengan diuretik atau amiodaron. Pasien dengan kondisi ini memerlukan pemantauan lebih ketat dan penyesuaian dosis untuk menghindari akumulasi obat.

Penanganan toksisitas Digitalis dapat melibatkan pemberian antidot seperti Digoxin Immune Fab untuk kasus yang parah. Selain itu, koreksi gangguan elektrolit dan penghentian sementara obat mungkin diperlukan. Edukasi pasien tentang gejala toksisitas dan pentingnya kepatuhan terhadap dosis yang ditentukan juga sangat krusial.

Secara keseluruhan, penggunaan Digitalis jantung memerlukan kewaspadaan tinggi terhadap efek samping dan toksisitas. Pemantauan ketat serta evaluasi berkala terhadap kondisi pasien diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi.

Penanganan Keracunan Digitalis

Efek samping dan toksisitas Digitalis jantung dapat bervariasi dari gejala ringan hingga kondisi yang mengancam jiwa. Gejala umum meliputi mual, muntah, diare, dan kelelahan. Pada kasus yang lebih serius, pasien mungkin mengalami gangguan penglihatan seperti penglihatan kuning atau halo di sekitar objek.

Toksisitas Digitalis sering ditandai dengan aritmia, termasuk bradikardia, takikardia ventrikel, atau fibrilasi ventrikel. Gangguan elektrolit seperti hipokalemia dapat memperburuk risiko toksisitas. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah kebingungan, sakit kepala, dan kelemahan otot.

Digitalis jantung

Penanganan keracunan Digitalis melibatkan penghentian obat segera, koreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan pemberian antidot seperti Digoxin Immune Fab pada kasus berat. Pemantauan EKG dan kadar serum Digitalis sangat penting untuk menilai respons terapi.

Pasien dengan gangguan ginjal atau ketidakseimbangan elektrolit memerlukan penyesuaian dosis untuk mencegah akumulasi obat. Edukasi pasien tentang gejala toksisitas dan pentingnya kepatuhan terhadap dosis yang ditentukan juga sangat krusial.

Dosis dan Administrasi

Dosis dan administrasi Digitalis jantung harus ditentukan dengan cermat berdasarkan kondisi pasien, respons klinis, dan kadar serum obat. Pemilihan dosis awal biasanya mempertimbangkan faktor seperti usia, fungsi ginjal, dan adanya gangguan elektrolit. Digitalis dapat diberikan secara oral atau intravena, dengan dosis pemuatan (loading dose) untuk mencapai efek terapeutik cepat, diikuti dosis pemeliharaan (maintenance dose) untuk mempertahankan kadar obat dalam darah.

Dosis Pemeliharaan

Dosis dan administrasi Digitalis jantung harus disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk usia, berat badan, dan fungsi ginjal. Dosis pemuatan (loading dose) biasanya diberikan untuk mencapai kadar terapeutik dengan cepat, terutama pada kasus akut. Dosis ini dapat diberikan secara oral atau intravena, tergantung pada urgensi kondisi pasien.

Dosis pemeliharaan (maintenance dose) diberikan setelah kadar terapeutik tercapai untuk mempertahankan efek obat. Dosis ini umumnya lebih rendah dan disesuaikan berdasarkan respons klinis serta kadar serum Digitalis. Pemantauan kadar obat dalam darah diperlukan untuk menghindari toksisitas, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal atau ketidakseimbangan elektrolit.

Pada pasien dengan gagal jantung, dosis pemeliharaan biasanya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan. Untuk aritmia seperti fibrilasi atrium, dosis dapat disesuaikan untuk mencapai kontrol frekuensi ventrikel yang optimal tanpa menyebabkan efek samping.

Penting untuk memantau tanda-tanda toksisitas selama pemberian Digitalis, seperti mual, aritmia, atau gangguan penglihatan. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan jika terjadi perubahan kondisi pasien atau interaksi dengan obat lain.

Dosis Loading

Dosis dan administrasi Digitalis jantung harus disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk usia, berat badan, dan fungsi ginjal. Dosis loading diberikan untuk mencapai kadar terapeutik dengan cepat, terutama pada kasus akut.

  • Dosis loading oral: 0,75–1,5 mg, dibagi dalam dosis kecil setiap 6–8 jam.
  • Dosis loading intravena: 0,5–1 mg, diberikan perlahan dengan pemantauan EKG.
  • Dosis pemeliharaan: 0,125–0,25 mg/hari, disesuaikan berdasarkan kadar serum dan respons klinis.

Pemantauan kadar serum Digitalis dan elektrolit penting untuk mencegah toksisitas. Pasien dengan gangguan ginjal memerlukan penyesuaian dosis.

Digitalis jantung

Pemantauan Kadar Darah

Dosis dan administrasi Digitalis jantung harus disesuaikan secara individual berdasarkan kondisi klinis pasien, termasuk fungsi ginjal, usia, dan berat badan. Dosis pemuatan (loading dose) diberikan untuk mencapai kadar terapeutik dengan cepat, terutama pada kasus akut seperti gagal jantung dekompensata atau aritmia berat. Dosis ini dapat diberikan secara oral atau intravena, tergantung pada urgensi kondisi.

Dosis pemeliharaan (maintenance dose) diberikan setelah kadar terapeutik tercapai untuk mempertahankan efek obat. Dosis ini harus disesuaikan secara berkala berdasarkan pemantauan kadar serum Digitalis dan respons klinis pasien. Pasien dengan gangguan ginjal memerlukan penyesuaian dosis karena ekskresi obat terutama melalui ginjal.

Pemantauan kadar darah Digitalis sangat penting untuk memastikan efek terapeutik sekaligus mencegah toksisitas. Kadar serum yang direkomendasikan umumnya antara 0,5–2 ng/mL, tergantung indikasi. Pemantauan elektrolit, terutama kalium, magnesium, dan kalsium, juga diperlukan karena ketidakseimbangan elektrolit dapat memengaruhi efek Digitalis.

Pasien dengan risiko tinggi toksisitas, seperti lansia atau mereka dengan gangguan ginjal, memerlukan pemantauan lebih ketat. Gejala klinis seperti mual, aritmia, atau gangguan penglihatan harus segera dievaluasi untuk deteksi dini toksisitas.

Interaksi Obat

Interaksi obat pada Digitalis jantung perlu diperhatikan karena dapat memengaruhi efektivitas dan keamanan terapi. Digitalis memiliki potensi interaksi dengan berbagai obat, seperti diuretik, antagonis kalsium, dan amiodaron, yang dapat meningkatkan risiko toksisitas atau mengurangi efek terapeutik. Pemantauan kadar serum dan penyesuaian dosis diperlukan untuk menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.

Obat yang Meningkatkan Toksisitas

Interaksi obat dengan Digitalis jantung dapat meningkatkan risiko toksisitas dan memengaruhi efektivitas terapi. Beberapa obat yang berinteraksi dengan Digitalis dapat menyebabkan peningkatan kadar serum Digitalis atau memperburuk efek sampingnya.

  • Diuretik loop atau thiazide: Dapat menyebabkan hipokalemia, yang meningkatkan risiko toksisitas Digitalis.
  • Amiodaron: Meningkatkan kadar serum Digitalis dengan menghambat ekskresi ginjal.
  • Verapamil dan diltiazem: Meningkatkan kadar Digitalis dalam darah, berpotensi menyebabkan aritmia.
  • Quinidine: Mengurangi klirens Digitalis dan meningkatkan konsentrasinya dalam darah.
  • Antibiotik makrolida (seperti eritromisin): Dapat menghambat metabolisme Digitalis, meningkatkan risiko toksisitas.

Pemantauan ketat kadar serum Digitalis dan elektrolit diperlukan saat menggunakan obat-obat ini bersamaan untuk mencegah efek yang tidak diinginkan.

Digitalis jantung

Obat yang Mengurangi Efektivitas

Interaksi obat dengan Digitalis jantung dapat mengurangi efektivitas terapi atau meningkatkan risiko efek samping. Beberapa obat diketahui menurunkan kadar serum Digitalis atau mengganggu mekanisme kerjanya, sehingga mengurangi efek terapeutik yang diharapkan.

Antasida dan kolestiramin dapat mengikat Digitalis di saluran pencernaan, mengurangi penyerapan obat dan menurunkan konsentrasinya dalam darah. Rifampisin, sebagai induktor enzim hati, mempercepat metabolisme Digitalis sehingga mengurangi kadar serumnya. Suplemen kalsium atau vitamin D dalam dosis tinggi dapat menurunkan efek Digitalis dengan meningkatkan ekskresi kalsium.

Selain itu, obat-obat simpatomimetik seperti epinefrin dapat mengurangi efek Digitalis dengan meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas melalui mekanisme berbeda. Beta-agonis seperti salbutamol juga berpotensi menurunkan efektivitas Digitalis dalam mengontrol frekuensi ventrikel pada fibrilasi atrium.

Digitalis jantung

Penting untuk memantau respons klinis pasien dan kadar serum Digitalis ketika obat-obat ini digunakan bersamaan. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan untuk mempertahankan efek terapeutik yang optimal.

Interaksi dengan Elektrolit

Interaksi obat dengan Digitalis jantung dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit, terutama kalium, magnesium, dan kalsium. Hipokalemia meningkatkan risiko toksisitas Digitalis karena memperkuat penghambatan Na+/K+ ATPase, sementara hiperkalsemia dapat memperburuk efek aritmogenik. Hipomagnesemia juga meningkatkan kerentanan terhadap toksisitas Digitalis dengan mengganggu repolarisasi jantung.

Diuretik loop atau thiazide dapat menyebabkan hipokalemia dan hipomagnesemia, sehingga meningkatkan risiko toksisitas Digitalis. Pemberian suplemen kalium atau magnesium mungkin diperlukan untuk menjaga keseimbangan elektrolit. Diuretik hemat kalium seperti spironolakton dapat membantu mengurangi risiko hipokalemia tetapi memerlukan pemantauan ketat kadar kalium serum.

Kortikosteroid dan laksatif juga dapat menyebabkan hipokalemia, meningkatkan risiko efek samping Digitalis. Pemberian kalsium intravena pada pasien yang menggunakan Digitalis harus dihindari karena dapat memicu aritmia ventrikel yang fatal.

Pemantauan rutin kadar elektrolit, terutama kalium, magnesium, dan kalsium, sangat penting untuk mencegah interaksi yang merugikan. Koreksi ketidakseimbangan elektrolit harus dilakukan segera untuk meminimalkan risiko toksisitas Digitalis.

Secara keseluruhan, interaksi Digitalis dengan elektrolit memerlukan kewaspadaan tinggi dan pemantauan berkala untuk memastikan keamanan terapi. Penyesuaian dosis atau pemberian suplemen elektrolit mungkin diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.

Kontraindikasi

Kontraindikasi Digitalis jantung mencakup kondisi atau situasi di mana penggunaan obat ini dapat membahayakan pasien. Beberapa kondisi yang menjadi kontraindikasi absolut meliputi blok atrioventrikular derajat tinggi tanpa alat pacu jantung, kardiomiopati hipertrofik obstruktif, dan sindrom Wolff-Parkinson-White dengan fibrilasi atrium. Selain itu, pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap Digitalis atau komponennya juga tidak boleh menggunakan obat ini.

Kondisi Jantung Tertentu

Kontraindikasi Digitalis jantung mencakup kondisi tertentu yang membuat penggunaan obat ini berisiko tinggi atau tidak aman bagi pasien. Beberapa kondisi jantung dan faktor lain dapat meningkatkan potensi efek samping atau komplikasi serius.

  • Blok atrioventrikular derajat tinggi tanpa alat pacu jantung.
  • Kardiomiopati hipertrofik obstruktif.
  • Sindrom Wolff-Parkinson-White dengan fibrilasi atrium.
  • Hipersensitivitas terhadap Digitalis atau komponennya.
  • Takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel.
  • Gangguan elektrolit berat seperti hipokalemia atau hiperkalsemia.

Pasien dengan kondisi tersebut harus menghindari penggunaan Digitalis atau memerlukan evaluasi ketat oleh dokter sebelum memulai terapi.

Gangguan Elektrolit

Kontraindikasi Digitalis jantung mencakup kondisi tertentu yang membuat penggunaan obat ini tidak aman atau berisiko tinggi bagi pasien. Beberapa kondisi medis dapat meningkatkan potensi efek samping atau komplikasi serius.

  • Blok atrioventrikular derajat tinggi tanpa alat pacu jantung.
  • Kardiomiopati hipertrofik obstruktif.
  • Sindrom Wolff-Parkinson-White dengan fibrilasi atrium.
  • Hipersensitivitas terhadap Digitalis atau turunannya.
  • Gangguan elektrolit berat seperti hipokalemia atau hiperkalsemia.

Gangguan elektrolit seperti hipokalemia dapat meningkatkan risiko toksisitas Digitalis dengan memperkuat penghambatan pompa Na+/K+ ATPase. Hiperkalsemia juga berpotensi memperburuk efek aritmogenik obat ini.

  1. Hipokalemia meningkatkan risiko aritmia ventrikel.
  2. Hipomagnesemia memperparah efek toksik pada jantung.
  3. Hiperkalsemia dapat memicu blok jantung atau fibrilasi ventrikel.

Pasien dengan gangguan elektrolit harus menjalani koreksi terlebih dahulu sebelum memulai terapi Digitalis. Pemantauan kadar kalium, magnesium, dan kalsium secara berkala sangat penting selama pengobatan.

Hipersensitivitas

Kontraindikasi Digitalis jantung mencakup kondisi di mana penggunaan obat ini dapat membahayakan pasien. Salah satu kontraindikasi utama adalah hipersensitivitas terhadap Digitalis atau komponennya. Reaksi hipersensitivitas dapat berupa ruam kulit, gatal-gatal, hingga syok anafilaksis yang mengancam jiwa.

Pasien dengan riwayat alergi terhadap glikosida jantung atau turunannya tidak boleh menerima terapi Digitalis. Reaksi hipersensitivitas dapat muncul segera setelah pemberian obat atau dalam beberapa hari pengobatan. Gejala seperti edema wajah, kesulitan bernapas, atau tekanan darah rendah memerlukan penanganan darurat.

Selain hipersensitivitas, kondisi lain yang menjadi kontraindikasi meliputi blok atrioventrikular derajat tinggi tanpa alat pacu jantung, kardiomiopati hipertrofik obstruktif, dan sindrom Wolff-Parkinson-White dengan fibrilasi atrium. Gangguan elektrolit berat seperti hipokalemia atau hiperkalsemia juga meningkatkan risiko toksisitas Digitalis.

Penting untuk mengevaluasi riwayat alergi pasien sebelum memulai terapi Digitalis. Jika terjadi reaksi hipersensitivitas, pengobatan harus dihentikan segera dan diberikan terapi suportif sesuai kebutuhan.

Previous Post Next Post